Sabtu, 29 November 2014
Kampung HalamanKu
POTRER KAMPUNGKU...!!!
Jembatan lama
Jembatan baru
Tumbang
Titi
adalah
sebuah kecamatan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia.
Ibu kota kecamatan ini adalah Tumbang Titi, dan berbatasan dengan Kecamatan Pemahan di
sebelah utara, Kecamatan Marau dan Jelai Huludi wilayah selatan,
Kecamatan Sungai Melayu Raya di sebelah barat, serta dengan Kecamatan
Jelai Hulu dan Provinsi Kalimantan Tengah di sebelah timur.
Tumbang Titi
merupakan “kota yang lengkap” bagi mereka yang tinggal di kecamatan ini dan
bagi penduduk yang tinggal di wilayah-wilayah lain di pedalaman. Di kota ini
terdapat penginapan, rumah makan, bank, pasar, toko-toko untuk kebutuhan
sandang-pangan-papan, bengkel, salon kecantikan, rumah sakit dan sekolah.
Sebuah gereja Katolik yang cukup besar terdapat di sini.
Wilayah
Administratif
Kecamatan
Tumbang Titi terbagi-bagi lagi ke dalam wilayah sekitar 20-an desa, di
antaranya Desa Aur Gading, Batu Beransah, Batu Tajam, Belaban Tujuh, Beringin
Raya, Jelayan, Jungkal, Kalimas Baru, Mahawa, Nanga Kelampai, Natai Panjang,
Pemuatan Jaya, Petebang Jaya, Segar Wangi, Sengkaharak, Sepauhan Raya,
Serengkah Kanan, Serengkah Kiri, Sukadamai, Tanjung Beulang, Titi Baru,
dan Tumbang Titi.
Transportasi
Kota kecamatan
Tumbang Titi berjarak kurang lebih 90 km dari Kota Ketapang. Untuk menuju
Tumbang Titi, dapat digunakan transportasi sungai maupun transportasi
darat. Tumbang Titi terletak di tepi Sungai Pesaguan. Sejak dibangunnya
“jalan bagus”, lebih banyak orang memilih transportasi darat ketimbang
transportasi sungai. Dari Kota Ketapang, Tumbang Titi dapat dijangkau
menggunakan “motor air” (sebutan lokal untuk speedboat) hingga Tembang Cina; dari
Tembang Cina perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan ojek motor. “Jalan
bagus” yang menghubungkan Kota Ketapang dan Tumbang Titi merupakan jalan yang
terbuat dari tanah dan aspal. Pada September 2009, pemerintah Kabupaten
Ketapang melakukan pengaspalan dan perbaikan jalan di sekitar 50% rute
Ketapang-Tumbang Titi, namun perubahan cuaca serta frekuensi kendaraan berat
yang melewati rute tersebut kerap membuat jalan kembali rusak. Namun bagi warga
lokal, jalan yang ada sekarang sudah bagus dibanding jalan kecil yang ada pada
awal tahun 1990-an. Untuk transportasi darat, bus antar kota menuju Tumbang
Titi berangkat sekitar dua atau tiga kali per minggu pada musim kemarau.
Frekuensi keberangkatan dapat berubah tergantung pada minimal jumlah penumpang atau
barang yang diangkut pada keberangkatan tersebut. Pada musim penghujan,
keberangkatan bus sangat tergantung pada kondisi bus, kondisi jalan serta
jumlah penumpang. Tarif bus yang berlaku pada Oktober 2009 untuk
Ketapang-Tumbang Titi adalah Rp. 60.000,-. Alternatif lain melalui darat adalah
dengan menggunakan mobil sewaan atau ojek motor.
Fasilitas
Umum
Pusat keramaian
Tumbang Titi terletak di jalan utama di mana terdapat Pasar Tumbang Titi. Di
jalan utama yang membelah dari timur ke barat ini juga terdapat penginapan,
rumah makan dan BRI yang merupakan satu-satunya bank yang beroperasi untuk
wilayah Tumbang Titi dan sekitarnya.
Barang-barang
berupa sandang dan papan dapat diperoleh di Pasar Tumbang Titi, sedangkan untuk
sembako, obat-obatan, makanan ringan dan peralatan rumah tangga dapat diperoleh
di banyak toko kelontong di seantero Tumbang Titi. Untuk perawatan motor atau
mobil terdapat bengkel dan tempat pencucian dengan fasilitas cuci jet-spray.
BBM dan minyak tanah dapat diperoleh dari kios-kios BBM atau toko kelontong,
dengan harga relatif cukup mahal. Untuk perawatan diri, terdapat tiga buah
salon di sekitar pusat kota.
Sejak
pertengahan 2009, warga Tumbang Titi sudah dapat menikmati listrik nyaris
selama 24 jam. Jika sebelumnya listrik hanya tersedia dari pukul lima petang
hingga pukul enam pagi, maka kini listrik mengalir 24 jam setidaknya tiga hari
dalam satu minggu. Selain listrik, sinyal telepon seluler di wilayah ini juga
terhitung stabil. Telkomsel dan Excel merupakan penyedia
layanan seluler yang beroperasi di wilayah ini.
Ketersediaan air
di wilayah ini tergolong memadai. Banyak rumah memiliki sumur dengan air yang
bening dan tidak berbau. Bagi rumah yang tidak memiliki sumur atau sumurnya
kering di musim kemarau, air hujan dan air sungai digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari. Kota Tumbang Titi dibelah oleh sebatang sungai, yakni Sungai
Pesaguan. Sungai ini berfungsi sebagai penyedia air dan fasilitas MCK bagi
sebagian rumah tangga. Secara musiman juga terdapat penambang pasir yang
mengeruk pasir dari kedua sisi sungai untuk dijual. Fasilitas pendidikan di
Tumbang Titi tergolong lengkap dengan adanya dua TK, empat SD, dua SMP dan satu
SMU. Kegiatan Pramuka merupakan aktivitas yang diwajibkan bagi siswa-siswi di
Tumbang Titi. Untuk sarana kesehatan, Tumbang Titi memiliki sebuah Puskesmas
dan Rumah Sakit. Terdapat dokter, mantri dan bidan yang secara bergiliran
melayani masalah-masalah kesehatan. Bagi tamu yang hendak bermalam, terdapat 3
buah penginapan dengan beberapa buah kamar yang memiliki kamar mandi di dalam.
Tarif penginapan per Oktober 2009 adalah Rp. 40.000,- per malam, disesuaikan
dengan fasilitas yang tersedia di dalam kamar.
Penduduk
Penduduk asli
Kecamatan Tumbang Titi adalah suku Dayak Pesaguan. Namun dengan semakin
terbukanya wilayah dan berkembangnya transportasi, suku-suku dan etnis lain pun
berdatangan untuk bekerja dan menetap di wilayah ini. Warga kota Tumbang Titi
kini berasal dari etnis Dayak, Melayu, Tionghoa dan Jawa serta sejumlah kecil
etnis lain dari Flores, dan Madura. Agama yang dianut adalah Katolik, Kristen
Protestan dan Islam. Profesi warga antara lain pedagang, PNS, pegawai swasta,
guru, petugas kesehatan, pensiunan, polisi, tentara, buruh dan petani. Dengan
keberadaan perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten
Ketapang, banyak warga yang memiliki kapling-kapling sawit sebagai bagian dari
pekerjaan sampingan mereka.
Di luar
aktivitas kerja, warga memperoleh hiburan melalui televisi, perayaan
perkawinan, upacara adat, perayaan peristiwa tertentu seperti Hari Kemerdekaan
dan Hari Pramuka, serta Pasar Malam dengan berbagai atraksinya yang
dilaksanakan setiap tahun. Bahan bacaan seperti surat kabar, majalah atau buku
sangat langka. Koran dan majalah hanya dapat diperoleh di Kota Ketapang, itupun
bukan yang terkini. Misalnya saja surat kabar nasional yang terbit pada hari
Minggu, mungkin baru dapat diperoleh di Ketapang pada hari Rabu berikutnya.
Majalah mingguan baru akan muncul dua minggu hingga satu bulan kemudian.
Kondisi
Keamanan
Kota Tumbang
Titi dapat dikategorikan sebagai wilayah yang aman. Kerusuhan yang sempat
melanda Provinsi Kalimantan Barat tidak menyentuh wilayah ini. Pencurian dan
perampokan juga sangat jarang terjadi di wilayah ini. Yang acap terdengar
adalah perkelahian di antara orang-orang mabuk, namun biasanya perkelahian itu
dilerai oleh kawan-kawannya sendiri. Perkelahian juga kerap dipicu oleh
perebutan wilayah untuk aktivitas tertentu seperti penambangan.